Friday 1 November 2013

Disharmoni Keluarga

Definisi Keluarga
        Keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari dua atau lebih individu yang saling terhubung (Salvicion & Celis, dikutip dalam Baron & Byrne, 2003). Anggota keluarga terhubung karena hubungan darah dan status perkawinan. Anggota keluarga berada dalam suatu rumah tangga dan saling berinteraksi untuk menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.
        Keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah berperan untuk mencari nafkah dan menjadi kepala rumah tangga. Ibu berperan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak, dan merawat suaminya. Anak berperan untuk mengasihi, menyayangi, dan mematuhi nasihat orangtuanya. Dalam hal mengasuh anak, orangtua berperan agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang pandai dan bermartabat.
        Definisi keluarga disharmoni. “Disharmoni adalah ketidakselarasan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], 2008). Ketidakselarasan ini menyatakan perasaan, tindakan, ide, dan keinginan seseorang terhadap sesuatu. Keluarga disharmoni adalah kegagalan beberapa anggota keluarga dalam menjalankan kewajibannya (Goode, 1991). Jadi, keluarga disharmoni adalah keretakan dalam rumah tangga yang disebabkan karena anggota keluarganya melanggar kewajibannya.

Penyebab Keluarga Disharmoni
        Beberapa penyebab keluarga disharmoni adalah (a) hilangnya rasa cinta, (b) tidak ada rasa percaya, (c) tidak jujur, dan (d) tidak saling setia.
        Hilangnya rasa cinta. Cinta mempunyai arti yang luas, seperti cinta terhadap keluarga, pasangan, teman, peliharaan, dan lain-lain. Dalam keluarga disharmoni, cinta yang dulu ada mulai hilang. Hal ini disebabkan karena cinta tersebut tidak dirawat dengan baik sehingga individu merasa tidak mendapatkan cinta seperti dulu.
        Tidak ada rasa percaya. Dalam membangun hubungan yang baik, dibutuhkan rasa percaya antarindividu. Tanpa rasa percaya, individu akan merasa tidak dihargai. Dalam keluarga disharmoni, biasanya anggota keluarga tidak saling menanamkan rasa percaya sehingga menyebabkan pertengkaran.
        Tidak jujur. Kejujuran sangat dibutuhkan dalam suatu hubungan.  Jika salah satu anggota keluarga tidak jujur, hubungan antarkeluarga akan menjadi retak. Hal tersebut terjadi karena apabila individu tidak jujur, individu lain akan merasa tersakiti, tidak dipercaya, atau bahkan tidak dibutuhkan. Tidak jujur dalam suatu hubungan juga membuat kepercayaan yang sudah ada menghilang yang pada akhirnya menyebabkan pertengkaran.
        Tidak saling setia. Setiap individu pasti sangat mengharapkan pasangannya untuk setia. Tanpa kesetiaan, individu akan malas untuk berhubungan. Dalam keluarga disharmoni, biasanya kesetiaan tersebut menjadi retak karena salah satu pasangannya selingkuh. Perselingkuhan menyebabkan hati pasangannya yang lain kecewa dan tersakiti. Pada akhirnya tidak setia menyebabkan pertengkaran yang mengarah ke perceraian.
Dampak Keluarga Disharmoni
        Terhadap anak-anak. Anak-anak yang sering melihat orangtuanya bertengkar akan merasa bersalah. Hal tersebut terjadi karena mereka mungkin merasa bahwa merekalah penyebab orangtuanya bertengkar. Biasanya, anak-anak tersebut juga kurang mendapat perhatian karena orangtuanya lebih mementingkan perasaannya sendiri daripada mengurus mereka. Pada akhirnya, anak-anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri, pendendam, bahkan mungkin antisosial.
        Terhadap keluarga besar. Pertengkaran yang terjadi antarpasangan akan mempermalukan keluarga besarnya. Hal ini disebabkan karena pasangan tersebut mungkin saja diperbincangkan orang banyak dan mungkin akan melibatkan keluarga besarnya. Keluarga besarnya juga akan membantu pasangan tersebut menyelesaikan masalah mereka sehingga pada akhirnya akan merepotkan keluarga besarnya juga.

Solusi
             Salah satu solusi untuk mengatasi keluarga disharmoni adalah dengan komunikasi yang baik. Komunikasi akan meningkatkan rasa kepercayaan antarkeluarga. Dengan komunikasi, anggota keluarga akan saling berinteraksi dan menyebabkan rasa kebersamaan. Mereka juga akan merasa diperhatikan karena masih ada komunikasi. Mereka juga merasa tenang karena sudah saling mendapat kabar.


Daftar Pustaka

Baron, R. A., & Bryne, D. (2003). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.
Gramedia Pustaka Utama. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penulis.

Goode, W. J. (1991). Sosiologi keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment